Tata Cara Shalat Istisqa Meminta Hujan Menurut Kementrian Agama

LainSisi
0
Tata Cara Shalat Istisqa Meminta Hujan
Menurut Kementrian Agama


Lainsisi.com-- Keadaan cuaca yang tidak bisa diprediksi saat ini mulai berdampak secara luas. Khusus bagi para petani yang rata-rata hanya memiliki lahan tadah hujan, keadaan ini sungguh sangat mengkhawatirkan. Bagaimana tidak, pertanian adalah penopang utama kehidupan mereka, sehingga ancaman gagal panen adalah suatu bencana.

Para peneliti menyatakan bahwa secara sains keadaan ini dipengaruhi oleh fenomena El Nino. Sebuah keadaan anomali cuaca akibat dari pemanasan global (chlimate change)yang dipicu oleh kerusakan lingkungan. Badan Pangan PBB (FAO) sudah memberikan warning tentang krisis pangan yang mengancam dunia secara global. Perubahan pola cuaca memang akan sangat berpengaruh bagi dunia pertanian sebagai produsen pangan.

Berbagai upaya telah dilakukan, leluhur Jawa mewariskan ritual adat 'nyadran serabi kocor'. Sementara umat muslim diperintahkan untuk mengadakan Shalat Istisqa sebagai sarana permohonan meminta hujan. Di Kabupaten Gunungkidul, akhir tahun 2023 ini sudah banyak warga masyarakat yang melakukan Shalat Istisqa. Ini adalah cermin bahwa perubahan cuaca yang sedang terjadi memang membawa dampak yang luas di masyarakat.

Dalam tulisan ini, kita akan sedikit membahas tentang tata cara Shalat Istisqa, bersumber dari situs Kementrian Agama RI, https://kemenag.go.id. Dalam artikel Shalat Istisqa dan Tata Caranya' yang ditulis oleh M.Ishom el Saha.

"Sesuai dengan namanya, al-istisqa' ialah meminta curahan air penghidupan (thalab al-saqaya). Para ulama fiqh mendefinisikan shalat Istisqa sebagai Shalat Sunnah Muakkadah yang dikerjakan untuk memohon kepada Allah SWT agar menurunkan air hujan," begitu penjelasan M Ishom.

Menurutnya, Shalat Istisqa' telah dipraktikkan di zaman Rasulullah Saw. Dalam hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. disebutkan bahwa Nabi Muhammad keluar rumah pada suatu hari untuk memohon diturunkan hujan. Lalu beliau shalat dua rekaat bersama kita tanpa azdan dan iqamat. kemudian beliau berdiri untuk khutbah dan memanjatkan doa kepada Allah Swt. Seketika itu beliau mengalihkan wajahnya (dari semula menghadap ke arah hadirin) menghadap ke kiblat serta mengangkat kedua tangannya, serta membalikkan selendang sorbannya, dari pundak kanan ke pundak kiri, begitupun ujung sorbannya (HR. Imam Ahmad).

Adapun waktu pelaksanaan salat istisqa' adalah di siang hari, sebagaimana hadis yang diriwayatkan dari istri beliau, Aisyah Ra. Dalam hadits ini Rasulullah Saw mengerjakan salat istisqa' setelah matahari muncul di atas permukaan bumi. Seperti waktu dimulainya salat Idul Fitri atau idul Adha.

"Para ulama berpendapat shalat Istisqa' dapat dikerjakan hingga sore hari, asalkan tidak pada waktu diharamkan mengerjakan salat, yaitu pas matahari di atas kepala dan pas terbenam matahari," lanjut M Ishom.

Sedangkan tata cara Shalat Istisqa' adalah:
  • Imam dan makmum berkumpul di tanah lapang untuk mengerjakan salat secara berjamaah.
  • Imam dan makmum tanpa didahului azdan dan iqamat berniat membaca niat salat istisqa'
  • Sesudah takbiratul ihram, imam dan makmum melakukan takbir 7 x pada rekaat pertama, dan 5 x takbir pada rekaat kedua.
  • Pada tiap-tiap rakaatnya, imam membaca surat al-fatihah dan satu surat pendek secara jelas yang dapat didengarkan oleh para makmum. Dilanjutkan dengan rukuk, dua sujud dan duduk di antara dua sujud.
  • Pada rekaat kedua setelah sujud, imam dan makmum melakukan duduk tahiyyat akhir dan membaca bacaan tahiyyat, tasyahhud, dan salawat seperti yang dibaca dalam shalat wajib. Diakhiri dengan bacaan salam dengan menolehkan wajah dan kepala ke kanan dan ke kiri.
  • Imam kemudian menyampaikan khutbah dan didengarkan oleh jamaah yang hadir. Khutbah shalat Istisqa' terdiri dari dua khutbah yang disampaikan khatib dengan cara berdiri dan sekali duduk di antara kedua khutbah. Rukun khutbah dan tata caranya dalam salat istisqa' sama dengan yang dilakukan khatib sesudah salat Id. Diantaranya membaca takbir 9 x pada khutbah pertama dan takbir 7 x pada khutbah kedua.
Dalam materi khutbah dianjurkan khatib mengajak umat Islam untuk bertaubat, meminta ampun atas segala dosa, serta memperbanyak istighfar dengan harapan Allah SWT mengabulkan apa yang menjadi kebutuhan umat Islam dan makhluk hidup lainnya pada saat kemarau panjang.

Tiap-tiap mengakhiri khutbah pertama dan khutbah kedua, khatib disunnahkan membaca doa dengan cara dirinya membalikkan badan dan membelakangi jamaah untuk menghadap kiblat, menukar posisi selendang sorban di pundaknya, seraya mengangkat kedua tangannya.

Adapun doa yang dipanjatkan pada penghujung khutbah salat istisqa' yang pernah dibaca Rasulullah Saw adalah sebagai berikut:


1- ((اللهم اسقنا، اللهم اسقنا، اللهم اسقنا))، وفي لفظ: ((اللهم أغثنا، اللهم أغثنا، اللهم أغثنا))

2 – ((اللهم اسقنا غيثًا مغيثًا، مريعًا، نافعًا غير ضار، عاجلاً غير آجل))

3 – ((الحمد لله رب العالمين، الرحمن الرحيم، ملك يوم الدين، لا إله إلا الله يفعل ما يريد، اللهم أنت الله لا إله إلا أنت 

الغني ونحن الفقراء، أنزل علينا الغيث واجعل ما أنزلت لنا قوة وبلاغًا إلى حين))

4 – ((اللهم اسق عبادك، وبهائمك، وانشر رحمتك، وأحيي بلدك الميت))

5 – ((اللهم اسقنا غيثًا مريئًا مريعًا طبقًا عاجلاً غير رائث ، نافعًا غير ضار))

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Check Now
Ok, Go it!