Pertanian(lainsisi.com)--Dunia pertanian selama ini identik dengan kawasan pedesaan. Hal ini terkait dengan ketersediaan lahan, dimana kawasan kota memang lebih sempit karena digunakan untuk pemukiman
Namun, paradigma ini coba dirubah oleh Umar Said, seorang pemuda warga Dusun Gadungsari, Kalurahan Wonosari, Kapanewon Wonosari, Gunungkidul. Tempat tinggal Umar Said memang termasuk kawasan padat penduduk di kota Wonosari. Ia dan teman-temannya mencoba mengembangkan sistem pertanian green house dengan memanfaatkan lahan kosong di perkotaan
"Ide ini muncul setelah berdiskusi dengan teman-teman terkait usaha pertanian yang kayaknya mustahil untuk dikembangkan di wilayah perkotaan," kata Umar saat ditemui di kebunnya, Sabtu (24/2/2024)
Umar dan teman-temannya saat ini mengembangkan budi daya holtikultura buah melon dengan lahan seluas 25 X 12 meter. Lahan yang tak begitu luas yang awalnya hanya berupa tanah kosong disulap menjadi kebun melon dengan sistem 'green house'
"Kami banyak belajar melalui media sosial, dan akhirnya kami putuskan untuk budidaya melon. Pertimbangannya, buah melon banyak digemari oleh masyarakat dan punya nilai jual ekonomi yang tinggi," lanjut Umar
Menurutnya, sistem green house yang ia terapkan ini memiliki banyak keunggulan, diantaranya perawatan tanaman akan lebih maksimal, terkontrol, sehingga hasilnya bisa lebih berkualitas
"Buah akan terjamin segar karena relatif aman dari serangan penyakit, binatang liar serta jamur," kata Umar
Saat ini ada sebanyak 900 batang tanaman melon siap panen yang ada di kebun milik Umar dan teman-temannya. Jenisnya Golden Emerald, varietas melon berwarna kuning emas yang memang terkenal manis dan segar
Umar menceritakan, dalam sekali masa panen, selama dua bulan perawatan biasanya mereka menghabiskan modal sekitar 5 juta rupiah. Jika hasil panen maksimal, maka mereka bisa mendapat penjualan sekitar 15 juta rupiah
Tak hanya budi daya pertaniannya yang inovatif yakni dengan green house. Pada saat panen, Umar dan teman-temannya juga berinovasi dengan memanfaatkan media sosial dan tren yakni dengan sistem panen petik langsung.
"Jadi pengunjung bisa memilih buah melon di kebun langsung. Petik sendiri kemudian baru membayar," terangnya
Dengan sistem ini, lanjut Umar, pengunjung akan mendapat banyak hal lain, tidak sekedar membeli buah. Pengunjung bisa merasakan panen melon langsung dari kebunnya, memilih sendiri dan bertanya banyak hal tentang budidaya melon
"Sensasi rasanya seperti di kebun sendiri," kata Umar sambil tertawa
Untuk satu kilogram buah melon Golden Emerald dijual dengan harga 25 ribu rupiah. Harga ini sangat pantas dengan kualitas melon yang fresh dan segar petik sendiri dari kebun langsung
"Kami juga mengkonsep kebun edukasi bagi para pengunjung yang tertarik belajar bareng tentang pertanian. Sebagai generasi muda, kita jangan malu untuk bertani. Dengan inovasi dan perkembangan jaman, pertanian ternyata juga bisa menjadi bidang pekerjaan yang menjanjikan," pungkas Umar
"Menarik sih..., anak-anak muda yang bertani di kawasan perkotaan. Buah melonnya juga fresh, manis dan segar," begitu komentar Maya, seorang pengunjung dari Yogyakarta yang tertarik ikut panen melon di kebun Umar
Maya dan pengunjung yang lain mengaku mengetahui acara panen petik langsung ini dari media sosial. Ia merasa penasaran dengan sistem pertanian green house di kawasan perkotaan
"Sangat inspiratif, dan bisa dikembangkan di wilayah perkotaan lain. Pemuda yang bertani inovatif," imbuhnya