Butuh Empat Hari Dalam Proses Memasaknya,
'Wader Liwet' Klayar, Menjadi Jamuan Istimewa
Oleh: Edi Padmo
Kuliner(lainsisi.com)-- Dengan berbagai karakter alam yang beragam, Kabupaten Gunungkidul mempunyai banyak resep masakan tradisional yang khas. Berbagai kuliner hasil kreasi warga masyarakat Gunungkidul memang mempunyai.keunikan tersendiri. Baik dari bahan baku, proses memasak, maupun cita rasa yang dihasilkan. Bahkan tak jarang, resep kuliner tradisional ini telah ada sejak dulu dan diwariskan turun temurun.
Salah satu kuliner tradisional Gunungkidul yang istimewa adalah Wader Liwet. Menu ini adalah masakan tradisional warisan leluhur yang sampai saat ini masih dilestarikan oleh warga Padukuhan Klayar, Kalurahan Kedungpoh, Kapanewon Nglipar, Gunungkidul, Yogyakarta.
Tak hanya istimewa di soal bahan dan rasa. Proses memasak makanan ini membutuhkan waktu selama empat hari untuk mencapai cita rasa yang sempurna. Tak heran, Wader Liwet menjadi jamuan wajib untuk para tamu-tamu penting, atau menjadi menu khusus warga yang menggelar hajatan. Bahkan, menu Wader Liwet belum lama ini ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Gunungkidul.
"Kuliner khas rakyat ini memang istimewa, dibutuhkan proses memasak selama empat hari terus menerus agar masakan berbahan baku ikan Wader(sejenis ikan air tawar/sungai) ini mencapai suatu cita rasa yang sempurna. Proses memasaknya juga hanya dengan tekhnik 'liwet' (rebus), tanpa menggunakan minyak," kata Tedjo, Kepala Dukuh Padukuhan Klayar.
"Banyak tokoh penting yang menyukai cita rasa masakan ini, kalau bupati Gunungkidul yang sering pesan Bu Badingah, juga GKR Hemas dari Keraton Yogyakarta sering memesan Wader Liwet untuk menu jamuan makan para tamu," lanjut Tedjo lagi.
Resep bumbu dan cara memasak menu ini memang sudah menjadi warisan turun temurun dari nenek moyang warga Padukuhan Klayar.
Wader Liwet, lanjut Tedjo adalah budaya warisan leluhur selama ratusan tahun dan sudah lebih dari 4 generasi.
Mengenai bahan baku masakan, menurut Tedjo memang telah disediakan oleh alam. Wilayah Padukuhan Klayar dialiri oleh Sungai Oya dan sebuah anak sungainya.
"Jadi keberadaan ikan air tawar sebagai lauk masyarakat memang sudah umum sejak dulu. Nenek moyang kami akhirnya menemukan resep Wader Liwet ini," lanjutnya.
Proses memasak Wader Liwet memang unik. Dibutuhkan waktu selama 4 hari berturut turut untuk mencapai cita rasa yang diinginkan. Proses yang tidak sebentar, tentunya membutuhkan kesabaran dan ketelitian dari sang juru masak. Selain bahan dasar ikan sungai, Wader Liwet juga dicampur dengan jantung pisang. Bumbu rempah-rempah yang diracik juga harus pas takarannya.
"Hari pertama, ikan di pepes dengan daun pisang, hari ke dua sampai ke empat baru di masukan dalam kuwali tanah liat yang dialas daun pisang, baru kemudian dimasukan jantung pisang, santan dan bumbu rempah," terangnya.
Semua proses memasak ini sama sekali tanpa menggunakan minyak goreng dan hanya dimasak dengan menggunakan api dari kayu bakar.
"Kuncinya, selama tiga hari ikan harus dimasak dengan api kecil tanpa diaduk," imbuhnya.
Menurut Tedjo, lamanya proses memasak Wader Liwet ini mempunyai filosofi tersendiri yang ternyata sangat pas jika diterapkan dalam kehidupan.
"Nenek moyang kita memang ingin mengajari, bahwa untuk mencapai suatu tujuan yang lebih, kita harus sabar, telaten dan sebuah perjuangan memang membutuhkan waktu yang tidak sebentar atau instant," ujarnya berfilosofi.
Ciri khas Wader Liwet ini, akhirnya sekarang menjadi menu andalah kuliner wisata Klayar. Dan sekaligus menjadi salah satu unggulan menu tradisional Kalurahan Kedungpoh sebagai salah satu Kalurahan Budaya di DIY.