Pentingnya Kesehatan Jiwa,
Depresi Sebagai Faktor Utama Bunuh Diri
Oleh: Edi Padmo
Kabar(lainsisi.com)-- Tanggal 10 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesehatan Jiwa sedunia. Masalah kesehatan jiwa (mental health) dirasa sangat penting untuk diperhatikan karena sangat erat berkaitan dengan depresi sebagai penyebab utama kasus bunuh diri. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa, rata-rata setiap 40 detik, terjadi satu kejadian kasus bunuh diri. Hal ini tentu menjadi keprihatinan dan harus menjadi perhatian semua pihak.
Selasa, 10 Oktober 2023, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul bekerjasama dengan Pusat Rehabilitasi YAKKUM, menyelenggarakan Sarasehan Penguatan Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM). Agenda ini dilaksanakan dalam mengimplementasikan kesehatan jiwa berbasis masyarakat di Kabupaten Gunungkidul.
"Tingginya angka kasus kesehatan jiwa di Daerah Istimewa Yogyakarta, mendorong pemerintah daerah melakukan percepatan penanganan masalah kesehatan jiwa dengan menjadikan isu ini sebagai salah satu isu prioritas daerah," kata Bupati Gunungkidul, Sunaryanta.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2018, DIY berada pada posisi kedua se-Indonesia setelah Provinsi Bali sebagai provinsi dengan kasus kesehatan jiwa tertinggi. Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul di tahun 2021 tercatat 1444 Orang Dengan Gangguan Jiwa. Situasi ini masih ditambah dengan adanya kasus pasung dan kasus bunuh diri yang selalu tercatat setiap tahunnya.
Salah satu tujuan TPKJM adalah mengupayakan terbentuknya perilaku sehat sebagai individu, keluarga dan masyarakat yang memungkinkan setiap orang hidup lebih produktif secara sosial dan ekonomi.
Baca juga: Pemkab Gunungkidul Berharap Turunkan Angka Kemiskinan
"Semua orang berhak diperlakukan sama sesuai dengan hak-hak asasi manusia termasuk dalam hal kesehatan jiwa. Bicara tentang peraturan undang-undang, dalam perjalanan kehidupan, kadang ada yang mengalami diskriminasi, terpinggirkan dan kita kurang respon. Dengan perayaan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2023 ini, kita diingatkan bagaimana kita perlu memaknai, dan kita bisa membantu orang-orang yg mengalami gangguan jiwa.” kata Bupati.
Dokter Ida Rochmawati, psikiater RSUD Wonosari menyoroti tentang meningkatnya angka jumlah penderita gangguan mental dari kalangan remaja dalam 5 tahun terakhir. Menurutnya, banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya kenaikan jumlah remaja yang mengalami gangguan mental.
"Satu dari 20 remaja di Indonesia mengalami gangguan kejiwaan. Berbagai persoalan yang menghinggapi sehingga mengakibatkan gangguan kejiwaan pada remaja di Indonesia kian bertambah banyak," kata Ida.
Ia menyebut, beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa remaja, diantaranya pengaruh dari luar yang tanpa filter, kurangnya dukungan orangtua atau keluarga hingga tekanan dari sekolah.
"Kesehatan mental atau jiwa memang masih menjadi persoalan yang terkadang dikesampingkan. Padahal kesehatan mental adalah aspek yang sangat penting di dalam kehidupan serba modern," lanjutnya.
Ida juga menyampaikan, tingginya kasus bunuh diri sangat erat kaitannya dengan masalah kesehatan mental. Karena pemicu orang melakukan bunuh diri adalah depresi.
Menurutnya, sepanjang yang ia tahu memang hanya Kabupaten Gunungkidul yang memiliki peraturan bupati tentang pencegahan bunuh diri. Karena memang angka bunuh diri di wilayah ini tergolong cukup tinggi rerata pertahunnya bisa mencapai 30 kasus.
Baca juga: Terjerat Rentenir, Seorang Ibu Rumah Tangga di Gunungkidul Nekat Gantung Diri
Manajer Project Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat Yakkum, Siswaningtyas Tri Nugraheni menambahkan, meski belum ada angka pasti di DIY ataupun di Gunungkidul, kini pihaknya memang intensif melakukan pendekatan ke sekolah di DIY.
"Kami berupaya mendorong untuk upaya revitalisasi Unit Kesehatan Sekolah (UKS) tak sekedar untuk merawat kesehatan fisik semata, tetapi juga kesehatan jiwa murid-murid," terangnya.
Selain mengoptimalkan peran UKS, menurut Siswaningtyas, pihaknya juga intensif mengumpulkan guru-guru bimbingan konseling untuk berbagi pengalaman dan peningkatan kapasitas mereka.
"Untuk kesehatan jiwa masyarakat, kami juga aktif melakukan pendampingan kepada korban depresi, masyarakat rentan terdampak, maupun penyintas bunuh diri," pungkasnya.