FloraFauna(lainsisi.com)--Konflik serangan Monyet Ekor Panjang (MEP) di lahan pertanian warga Gunungkidul semakin mengkhawatirkan. Serangan ini, dalam skala masif, bahkan bisa mengakibatkan petani mengalami gagal panen
Seperti yang dikeluhkan oleh petani warga Kalurahan Purwodadi, Kapanewon Tepus, Gunungkidul. Novianto, perangkat Kalurahan Purwodadi mengatakan bahwa serangan 'kethek' (MEP) di wilayahnya dirasakan semakin parah di lima tahun terakhir ini
"Kalau tidak dijaga, ya bisa gagal panen. Istilahnya petani hanya dapat 'turahan kethek' (sisa dari monyet)," kata Novianto beberapa waktu lalu
Tak hanya di wilayah Kapanewon Tepus, serangan MEP juga meningkat di beberapa kapanewon, terutama wilayah selatan.
Menanggapi hal tersebut, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Gunungkidul mengambil beberapa langkah untuk meminimalisir serangan MEP sekaligus membantu petani
"Kami sedang mengupayakan pengembalian habitat MEP. Hal itu dilakukan agar tidak terjadi konflik antara MEP dan petani," kata Hary Sukmono, Kepala Dinas Lingkungan Hidup kepada media beberapa waktu lalu
Ia menambahkan, upaya tersebut dilakukan dalam jangka pendek dan panjang bersama dengan pihak lainnya seperti Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta.
Untuk upaya jangka pendeknya, Harry mengatakan pihaknya memberikan pangan berupa buah-buahan kepada MEP.
"Rencananya pemberian pakan itu akan kami lakukan selama 10 bulan di tahun 2024," lanjut Hary
Tapi, lanjutnya program ini tidak bisa menyasar semua wilayah yang terkena serangan MEP di Gunungkidul
"Ini hanya langkah praktis atau upaya merespon sementara gangguan MEP terhadap masyarakat. Untuk percontohan kami mengambil lokasi empat kalurahan di Kapanewon Tepus, yakni Purwodadi, Tepus, Sidoarjo dan Giripanggung,” paparnya.
Hary merinci, di satu kalurahan DLH akan mengalokasikan pakan MEP selama empat kali dalam sepekan. Adapun pakan MEP yang disuplai yakni pisang dan ketela
Dijelaskannya untuk lokasi penempatan pakan, dilakukan bersama dengan masyarakat sekitar yang lebih paham lokasi berkumpul, sarang, dan yang sering dilalui MEP
Disinggung soal program pemberian pakan yang terlihat hanya bersifat situasional dan jangka pendek, Hary mengatakan bahwa ada beberapa program ke depan yang akan dilaksanakan terkait penanggulangan MEP
"Selain mengurangi konflik, pemberian pakan ini juga untuk menyusun kajian MEP dan lokasi penangananya ke depan," terang Hary
Ia menambahkan, dalam penyusunan kajian penanganan MEP ini pihaknya bekerjasama dengan Fakultas Kehutanan UGM.
Untuk langkah jangka panjang, Harry mengatakan bahwa gangguan MEP terjadi akibat habitatnya terganggu oleh aktivitas manusia. Penyebab lainnya yakni sumber pangan monyet tersebut sudah terbatas.
“Tempat hidup MEP itu kan terusik oleh aktivitas manusia. Jadi memang harus diprogramkan penyediaan pakan alami atau rehabilitasi habitat,” terangnya.
Salah satu bentuk restorasi ekosistem MEP yang bakal kami lakukan ialah penanaman tanaman pangan MEP seperti pohon jambu
“Untuk mengembalikan habitat yang harus kita lakukan adalah menyediakan sumber pakan dan juga tempat hidup mereka. Salah satunya itu tadi, jambu, tanaman yang mereka bisa makan,” kata Hary
Oleh karena itu, Harry mengimbau masyarakat untuk tidak merusak tanaman pangan MEP tersebut.
“Tanaman yang tidak produktif buat masyarakat itu jangan ditebang. Masyarakat juga harus komitmen,” harapnya