Kabar(lainsisi.com)--Konflik Monyet Ekor Panjang (MEP) di wilayah Gunungkidul semakin runyam. Binatang primata ini dilaporkan tak hanya menyerang lahan pertanian, tapi juga mulai mengganggu hewan ternak warga yang kandangnya ada di ladang
Seperti disampaikan oleh Novianto, perangkat Kalurahan Purwodadi, Kapanewon Tepus, Gunungkidul. Ia mengatakan, bahwa serangan 'kethek' (MEP) ini mulai dirasakan masif dalam lima tahun terakhir
"Tak hanya lahan pertanian, warga kami ada yang melaporkan kambingnya diserang," kata Novianto, Kamis (21/3/2024)
Gangguan ini, lanjutnya, terjadi pada kandang ternak yang terletak di ladang, jauh dari pemukiman sehingga minim pengawasan
Biasanya MEP menyerang hewan ternak dengan cara melempar ranting hingga memukul dengan kayu. Ternak yang paling banyak terserang MEP yakni kambing.
"Dilempar kayu, bahkan kontak fisik langsung seperti ditunggangi, dicakar hingga kambing ketakutan dan stres," lanjut Novianto
Terkait wilayah yang paling banyak diserang, Novianto menyebut di lahan di pesisir pantai selatan. Diantaranya Pantai Nglambor sampa Ngetun
"Serangannya bergerombol, bisa satu kelompok ada 50 ekor monyet, dan biasanya waktunya siang hari," imbuh Novianto
Adapun tanaman yang diserang adalah komoditas pertanian, seperti jagung dan kacang tanah. Maraknya serangan MEP ini akhirnya menyebabkan banyak petani yang mengalami gagal panen.
“Istilahnya petani 'gur entuk turahan kethek' (hanya dapat sisa monyet)," lanjut Novianto
Ia bercerita, bahwa warga sebetulnya sudah menjaga ladang mereka dari pagi namun sore. Mereka membawa pentungan, mercon atau senapan angin untuk menakut-nakuti dan mengusir monyet. Namun, monyet monyet ini seakan sudah sangat pandai mencuri kesempatan.
"Jika lengah sebentar saja, misalnya ditinggal pulang, maka monyet seakan tahu dan langsung masuk ke ladang. Kalau terlalu lama ditinggal ya tanaman bisa habis tak bersisa," pungkasnya