Lumbung Mataraman,
Konsep Mitigasi Terkait Isu Krisis Pangan

Kabar(lainsisi.com)--Kata lumbung, mengacu bentuk fisik bangunan yang digunakan untuk menyimpan cadangan bahan pangan pokok masyarakat dari hasil pertanian. Namun, Konsep Lumbung Mataraman bukanlah seperti itu. Lumbung Mataraman bukanlah bangunan fisik, melainkan lumbung pangan hidup yang berbasis dari rumah tangga yang menyatu dalam kelompok-kelompok tani.
Falsafah dari lumbung mataraman itu sendiri adalah "Nandur sing dipangan, mangan sing ditandur". Dari falsafah itu, diharapkan masyarakat mau menanam tanaman yang bisa dimakan. Misalnya sayuran dan buah. Selain itu, masyarakat juga bisa memanfaatkan lahan pekarangan yang kosong untuk peternakan ataupun perikanan sederhana.
Konsep ini digagas Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, dibawah satuan kerja Dinas Pertanian dan Pangan. Dengan adanya Lumbung Mataraman, diharapkan dapat menjadi lumbung pangan desa sebagai salah satu upaya mitigasi isu krisis pangan global.
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X berharap, tanaman yang dikembangkan di Lumbung Mataraman merupakan tanaman yang produktif dan mampu mencukupi kebutuhan pangan masyarakat Yogyakarta.
"Jangan hanya kangkung, bayem, pilih tanaman yang mempunyai nilai jual tinggi. Entah tanaman yang bisa dikonsumsi ataupun tidak," papar Sri Sultan Hamengku Buwono X saat menghadiri panen dan gelar potensi pertanian yang dilaksanakan di Lumbung Mataraman, di Kalurahan Kedungpoh, Kapanewon Nglipar, Gunungkidul, Senin (4/12/2023).
Raja Keraton Yogyakarta itu juga mengatakan, Lumbung Mataraman mampu mendatangkan lapangan kerja baru serta mencetak petani milenial. Sehingga masyarakat tidak perlu merantau untuk mencari pekerjaan.
"Apapun yang dihasilkan di Lumbung Mataraman ini bisa dijual, diolah, dikembangkan ," terangnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY, R. Hery Sulistio Hermawan mengatakan, ada dua Lumbung Mataraman yang sudah di bangun di Gunungkidul. Pertama di wilayah Semin dan kedua di wilayah Nglipar.
"Melalui konsep ini (Lumbung Mataraman), diharapkan mampu menjadi penyedia pangan dan gizi masyarakat," kata Hery dalam sambutanya.
Pihaknya mengatakan, program ini diharapkan dapat menjadi lumbung desa sekaligus mampu meningkatkan ketahanan pangan di wilayah Yogyakarta. Program ini dikatakan dibiayai dari Bantuan Keuangan Khusus (BKK).
"Tentunya pengembangan sumber daya manusia yang dapat meningkatkan pendapatan dan peluang usaha secara ekonomi," paparnya.
Hery juga mangatakan, konsep Lumbung Mataraman Kedungpoh mengusung pendekatan pertanian terpadu. mulai dari pembibitan 20 varietas anggur yang saat ini sudah berbuah. Budidaya melon, markisa, aneka sayuran, tanaman cabai , bawang merah.
"Ada juga pengembangan ternak sapi dan budidaya ikan lokal, semua di kelola kelompok tani dan Kelompok Wanita Tani ( KWT)," paparnya.

Bupati Gunungkidul, Sunaryanta mengatakan, lahan pertanian di Gunungkidul saat ini masih cukup luas mencapai 60.000 hektar. Untuk memaksimalkan potensi dibutuhkan intervensi khusus salah satunya melalui Lumbung Mataraman.
"Alih fungsi lahan menjadi kawasan jalan dan perumahan mencapai 10.000 hektare dan 2.000 hektare di wilayah selatan," katanya.
"Lumbung Mataraman Kedungpoh ini saya harapkan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar," papar Bupati.