Manfaatkan Sumber Air Alami Saat Musim Hujan Mundur, Petani Karangtengah Berhasil Panen Padi
Pertanian(lainsisi.com)-- Musim hujan yang mundur di tahun ini sempat membuat petani di Gunungkidul banyak yang gagal tanam. Bahkan, curah hujan yang rendah di sebagian wilayah Gunungkidul juga berpotensi mengancam tanaman padi para petani.
Namun begitu, Kelompok Tani Makmur di Dusun Karangtengah 1, Kalurahan Karangtengah, Kapanewon Wonosari di akhir bulan kedua tahun 2024 ini sudah berhasil panen padi. Panen raya digelar di Bulak Sangkrah dan dihadiri Bupati Gunungkidul, Sunaryanta. Rabu (28/2/2024)
"Karena musim hujan mundur dan curahnya rendah, terus terang kami sangat terbantu dengan adanya tiga sumber mata air alami untuk mencukupi pengairan sawah," kata Suratno, salah seorang petani Karangtengah
Ia menjelaskan, di Karangtengah 1 ada tiga sumber air alami, yang pertama adalah sumber air Ngembel, Telogomulyo dan Tuk Bulak Sangkrah
Menurut Suratno, ketiga sumber air inilah yang sangat membantu para pertani untuk mengairi lahan persawahan mereka. Apalagi disaat curah hujan rendah seperti tahun ini
"Kemarin sempat debit air ketiga sumber ini menurun, sehingga banyak petani yang rebutan air untuk mengairi lahannya," lanjutnya
Ia juga mengatakan, lahan di Bulak Sangkrah dalam setahun bisa dua kali panen padi dan satu kali untuk petani budidaya sayuran
"Sangat terbantu, ketiga sumber air itu menjadi andalan bagi warga masyarakat," ulangnya lagi
Terkait adat budaya 'merti sumber', Suratno mengatakan bahwa dari tiga sumber air alami ini, hanya ada satu tempat yang masih dilakukan oleh warga, yakni di sumber Telogomulyo. Untuk yang dua tempat sudah lama tidak pernah dilakukan lagi
"Sebetulnya sumber air yang di Ngembel itu debitnya cukup besar. Kami berharap ada program dari pemerintah untuk infrastruktur air ke lahan pertanian, sehingga airnya tidak terbuang ke Kali Oya," harapnya
Ketua Kelompok Tani Makmur, Sugiyo mengatakan, luas Bulak Sangkrah dan Telogomulyo mencapai 10 hektare. Hasil Produktivitas padi pada panen tahun ini mencapai 8,704 ton/Ha gabah kering panen atau 7,038 ton/Ha gabah kering giling.
"Jenis varietas padi yang kami tanam antara lain: PP, Cakra Buana, Ciherang dan Madu," katanya
Sugiyo mengaku bersyukur meski panen telat karena masa tanam yang mundur hasil yang didapatkan mampu mencukupi kebutuhan hidup. Terlebih saat ini harga beras di sejumlah wilayah termasuk Gunungkidul relatif tinggi.
Ia menjelaskan, hasil panen dari para petani hanya sedikit yang dijual. Sebagian besar dikonsumsi sendiri untuk stok mencukupi kebutuhan sehari-hari
"Masih ada sedikit kendala, selain infrastruktur pengairan juga butuh dukungan terkait prasarana jalan usaha tani yang memadai," harapnya.
Bupati Gunungkidul Sunaryanta mengatakan, tingginya harga beras saat ini salah satunya disebabkan oleh telatnya musim tanam disejumlah wilayah. Hal ini tentunya mengakibatkan mundurnya masa panen.
"Sejumlah wilayah di Gunungkidul menurut data dari Dinas Pertanian sudah mulai panen, harapan kita nanti masyarakat khususnya petani tidak terpengaruh dengan naiknya harga beras," kata Sunaryanta
Ia juga meminta, jika memungkinkan para petani untuk menanam padi 2 kali dalam setahun. Hal ini tentu saja untuk menjaga produktivitas pertanian khusunya padi
"Beberapa wilayah seperti Ponjong, Karangmojo, Wonosari, Nglipar dan Playen juga sudah mulai panen," paparnya.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Raharjo Yuwono menambahkan data produktivitas panen padi dibeberapa daerah mulai masuk.
Kapanewon Ponjong provitas mencapai 6,8 ton gabah kering giling dengan luasan lahan yang sudah panen mencapai 25 Hektare.
Di Wonosari sudah panen 29 hektare provitas 7 ton gabah kering giling per hektare. Karangmojo 11 hektare profitas 6,9 ton gabah kering giling.
"Untuk daerah selatan, Tepus panen lahan kering 15 hektare profitas 3,5 per hektare. Ini sementara data yang masuk," jelas Raharjo